No.
|
Tema
|
Judul
|
1
|
Dana Punya
|
Kesempurnaan Pemberian
Kata kunci :
Pembukaan
Kehidupan manusia tentang konsep vertikal dan horizontal, Fenomena
tentang dana punia hanya sebatas upacara.
pengertian dana punia
Dana punia terdiri dari dua
kata yaitu “dana” yang berarti pemberian sedangkan “punia” artinya selamat,
baik, bahagia, indah dan suci. Bentuk dana punia (Vidya, Desa, dan artha). Atharva Veda III.2.45 yang berbunyi : Sata hasta sama hara
sahasrahata sam kira. Manawa Dharma Sastra I. 86 dana punia pada jaman kaliyuga, tidak
kikir terhadap kekayaan yang kita miliki ada rumusnya. Rumusnya terdapat pada
Tukang Parkir yang selalu
ikhlas tentang hal yang datang akan
kembali pada pemilik-Nya.
pedoman dana punia
Wrhaspati
Tattwa 26, yakni Sila (tingkah laku
yang baik), Yajna (pengorbanan), Tapa (pengendalian diri), Dana (pemberian), Prawjya (menambah ilmu pengetahuan suci), Diksa (penyucian diri/Dvijati) dan Yoga. Menurut Sarasamuccaya 262 dibagi 3 artha, kama dan dharma.
Pedoman dana punia (iksa/tujuan, lascarya, sakti, nasmita (tidak pamer) dan
sastra.
pelaksanaan dana punia
Bhisama sabha pandita tentang dana punia 2002 bahwa besarnya dana punia
adalah 5 %. Dana punia untuk pendidikan dan mengurangi dana untuk kegiatan
ritual yang mewah. Dana punia
diibaratkan dengan membersihkan sumur dengan selalu menimba air dan
membersihkan kotoran yang menggenang. Saat ini kita harus menyadari bahwa harta, pangkat dan kemewahan dunia
yang kita miliki tidak selamanya akan bersama dengan kita dan tidak akan
dibawa mati, namun yang nanti menemani perjalanan selanjutnya adalah
perbuatan baik kita.
penutup.
sesungguhnya manawa seva (pelayanan kepada sesama manusia) adalah madhawa seva (pelayanan terhadap
Tuhan). mari sisihkan sebagian kecil harta yang kita miliki dan danapuniakan
kepada mereka yang berhak dan membutuhkannya
|
2
|
Himsa Karma
|
Kekerasan Membawa
Kehancuran Jiwa
Kata kunci :
Pendahuluan :
Dampak IPTETS baik negatif dan positifnya, kondisi pada masa lampau dan
kondisi pada jaman kaliyuga,
Perbuatan amoral
Kehidupan manusia dilandasi dengan hati nurani yang selalu mendapat
bimbingan dari yang maha kuasa agar selalu mengusahakan perbuatan baik. Akan
tetapi tidak selamanya dorongan hati ini dilakukan oleh manusia hal ini
misalnya terjadi sekarang?, Bhavavadgita 16.21
bahwa : tri vidham narakasyedam dvaram
nasanam atmanah, Perbuatan amoral ini dapat dicontohkan cerita seorang
tokoh besar Rsi Walmiki yang menulis
Ramayana yang dahulunya bernama Ratnakara putra seorang Rsi yang bernama Rsi Pracethasa. Ratnakara inilah yang tumbuh dikeluarga
perampok dan menjadi perampok sejati sampai akhirnya bertemu dengan Narada karena salah mengucapkan mantram
Rama menjadi mara yang berarti bahaya yang kemudian menjadi bertapa dirumah
semut (Valmika) dan diberikan anugerah oleh dewa brahma untuk menuliskan
seluruh kisah Rama sampai kembali ke Vaikunta loka. sifat keraksasaan yang
ada dalam diri kita dapat untuk dihilangkan secara berlahan dengan melakukan
pengendalian diri serta berlatih yoga untuk mengetahui hakekat diri.
Memaknai Keutamaan
manusia
Jenis makhluk hidup berdasarkan padma purana, tri pramana dan
keunggulannya dengan makhluk lainnya, catur purusartha dan penerapannya,
Kesimpulan :
perbuatan
amoral baik itu memfirnah, membakar milik orang lain, bahkan sampai membunuh
orang lain adalah hal yang tidak dibenarkan dalam ajaran agama Hindu.
Perbuatan amoral ini berasal dari keinginan, kemarahan dan keserakahan pada
diri manusia yang belum mengenal dirinya sebagai makhluk utama. Upaya yang
harus dilakukan adalah dengan pengendalian diri, yoga, belajar tentang sastra
suci dan bergaul dengan orang berbudi mulia.
|
3
|
Tirtha Yatra
|
Upaya Menemukan Sang
Diri
Kata kunci :
Pendahuluan
Tirtayatra
terdapat dalam bagian Sad Dharma
yaitu enam kebajikan atau kebaikan, Tirtayatra bukanlah semata - mata untuk berkreasi
kemana kita mau atau hanya untuk mengunjungi dan sembahyang di pura yang kita
inginkan, Melalui pesan dharma ini ada beberapa hal yang menjadi pokok
pembahasan bahwa bagaimanakah makna dari tirtayatra?, dan bagaimanakah penerapan tirtayatra dalam kehidupan ?
Pengertian tirtayatra
Tirta artinya pemandian, sungai, kesucian, air, toya atau
air suci, sungai yang suci. Secara kenyataan pengertian tirta mengarah ke
wujud air. Sedangkan Yatra berarti perjalanan suci. Tirtayatra di era global, Sarasamuscaya 279 : Wenang ulahakenaring daridra ( Bahwa
Tirtayatra ini merupakan pensucian lebih utama berkunjung ketempat-tempat
suci, karena orang miskin saja mampu melakukan pensucian ini ). Perjalannan suci ini tidak memandang baik ia miskin atau
kaya, karena yang paling utama adalah kesungguhannya dan rasa Bhakti dengan
bersembahyang dan bersosialisasi dengan umat sedharma,
Manfaat tirtayatra
Tingkat
pemahaman spiritual, penyucian diri baik pikiran, perkataan, dan perbuatan,
Penerapan Tirtayatra dalam kehidupan
Bingkai kehidupan
manusia sebagai bagian tonggal awal munculnya peradaban umat manusia di dunia
ini,
secara vertikal dan horizontal. sejarah
hubungan masyarakat Indonesia dan India pada masa lampau, ada sebuah festival
yang disebut dengan “Kalingga Bali Yatra”. Dalam festival tahunan itu,
masyarakat di Negara bagian Orissa, india, memperingati kegiatan pelayaran
menuju pulau Bali, Indonesia yang dilakukan oleh para pedagang mereka pada
masa itu. Pemikiran yang diusung oleh Robertson Smith 1885
menjelaskan bahwa kehidupan beragama tidak hanya permasalahan tentang
hubungan antara manusia dengan Tuhan akan tetapi adanya relasi dengan sesama
manusia untuk meningkatkan solidaritas. Untuk itulah,
mulai saat ini kita sudah mulai untuk melakukan perjalanan kedalam diri untuk
memahami diri kita sendiri karena seseorang yang memahami diri sendiri adalah
orang yang memahami bentuk sejati dari kehidupan dan mengenal hakekat Tuhan
yang sesungguhnya.
Penutup.
Makna yang terkandung dalam tirtayatra ini adalah perjalanan kedalam diri untuk memahami diri kita
sendiri karena seseorang yang memahami diri sendiri adalah orang yang
memahami bentuk sejati dari kehidupan dan mengenal hakekat Tuhan yang
sesungguhnya.
|
HARMONI KEHIDUPAN
Sebuah kehidupan akan membawa kebahagiaan jika selalu berpegang pada sebuah keyakinan yang kuat dan menjalankan pola harmonisasi dalam hal pikiran, perkataan dan perbuatan.
Wednesday, January 23, 2019
kata Kunci Dharma wacana
Sunday, August 9, 2015
Pendidikan dalam Hindu
Sistem Pendidikan menurut Veda
Dalam sistem pendidikan menurut Veda, anak menjadi pusat perhatian, artinya anak merupakan aset dan peserta didik yang mendapat perhatian utama. Kata anak dalam bahasa Sanskerta adalah “putra” Kata “putra” pada mulanya berarti kecil atau yang disayang, kemudian kata ini dipakai menjelaskan mengapa pentingnya seorang anak lahir dalam keluarga: “Oleh karena seorang anak yang akan menyeberangkan orang tuanya dari neraka yang disebut put (neraka lantaran tidak memiliki keturunan), oleh karena itu ia disebut Putra” (Manavadharmaúà stra IX.138). Penjelasan yang sama juga dapat kita jumpai dalam Àdiparva Mahà bhà rata 74,27, juga dinyatakan sama dalam Và lmìki Rà mà yaóa II,107-112. Putra yang mulia disebut “putra-suputra”. Kelahiran “putra suputra” ini merupakan tujuan ideal dari setiap perkawinan maupun dalam pendidikan Hindu. Kata yang lain untuk putra adalah: “sùnu, à tmaja, à tmasaýbhava, nandana, kumà ra dan saýtà na”. Kata yang terakhir ini di Bali menjadi kata “sentana” yang berarti keturunan. “Seseorang dapat menundukkan dunia dengan lahirnya anak, ia memperoleh kesenangan yang abadi, memperoleh cucu-cucu dan kakek-kakek akan memperoleh kebahagiaan yang abadi dengan kelahiran cucu- cucunya” (Àdiparva,74,38).
Pandangan susastra Hindu ini mendukung betapa pentingnya setiap keluarga memiliki anak. Tambahan pula Àdiparva, Mahà bhà rata memandang dari sudut yang berbeda tentang kelahiran anak ini. “Disebutkan bahwa seorang anak merupakan pengikat talikasih yang sangat kuat di dalam keluarga, ia merupakan pusat menyatunya cinta kasih orang tua. Apakah yang melebihi cinta kasih orang tua terhadap anak-anaknya, mengejar mereka, memangkunya, merangkul tubuhnya yang berdebu dan kotor (karena bermain-main). Demikian pula bau yang lembut dari bubuk cendana, atau sentuhan lembut tangan wanita atau sejuknya air, tidaklah demikian menyenangkan seperti halnya sentuhan bayi sendiri, memeluk dia erat-erat. Sungguh tidak ada di dunia ini yang demikian membahagiakan kecuali seorang anak” (74, 52, 55, 57).”Seseorang yang memperoleh anak, yang merupakan anaknya sendiri, tetapi tidak memelihara anaknya dengan baik, tidak mencapai tingkatan hidup yang lebih tinggi. Para leluhur menyatakan seorang anak melanjutkan keturunan dan mendukung persahabatan, oleh karena itu melahirkan anak adalah yang terbaik dari segala jenis perbuatan mulia (74, 61-63). Lebih jauh Maharsi Manu menyatakan pandangannya bahwa dengan lahirnya seorang anak, seseorang akan memperoleh kebahagiaan abadi, bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa” (II.28).
Berdasarkan keterangan tersebut di atas maka pendidikan, utamanya pendidikan moral dan budi pekerti sangat penting ditanamkan bagi seorang anak. Tentang pendidikan ini, kitab suci Veda menyatakan: “Saudara laki-laki seharusnya tidak irihati terhadap kakak dan adik-adiknya laki-laki dan perempuan dan melakukan tugas-tugas yang sama yang dibebankan kepadanya. Hendaknya berbicara mesra di antara mereka” (Atharvaveda: III, 30. 3). “Putra dan orang tuanya yang saleh, gagah berani dan bercahaya bagaikan api menyinari bumi dengan perbuatan-perbuatannya yang mulia” (Ã…gveda I.160.3). “Ya Tuhan Yang Maha Esa, anugrahkanlah kepada kami seorang putra yang gagah berani, giat bekerja, cerdas, mampu memeras Soma (tekun berbakti) dan memiliki keimanan yang mantap lahir pada keluarga kami” (Ã…gveda III.4.9). “Ya Tuhan Yang Maha Esa, semogalah kami memperoleh putra dengan kulitnya yang kuning langsat, yang tampan, panjang umurnya, patuh kepada orang tua dan gurunya, berani dan saleh” (Ã…gveda II.3.9). “Wahai anak, datang dan berdirilah di atas batu ini. Kuatkanlah badanmu seperti batu ini” (Atharvaveda II.13.4). “Sesungguhnya anak laki-laki dari putra seorang ayah yang masyhur akan menjadi mulia” (Atharvaveda XX.128.3). Terjemahan mantra Veda yang terakhir ini adalah logis, bila orang tuanya memiliki nama yang harum, maka putranya memperoleh teladan yang baik menjadikan mereka mulia.
Tentang anak yang “suputra”, Maharsi Cà óakya dalam bukunya Nìtiúà stra menyatakan: “Seluruh hutan menjadi harum baunya, karena terdapat sebuah pohon yang berbunga indah dan harum semerbak. Demikian pula halnya bila dalam keluarga terdapat putra yang “suputra” (II.16). “Asuhlah anak dengan memanjakannya sampai berumur lima tahun, berikanlah hukuman (pendidikan disiplin) selama sepuluh tahun berikutnya. Kalau ia sudah dewasa (16 tahun) didiklah dia sebagai teman” (II.18). Demikianlah idealnya, setiap keluarga mendambakan anak idaman, berbudi pekerti luhur, cerdas, tampan, sehat jasmani dan rohani dan senantiasa memberikan kebahagiaan kepada orang tua dan masyarakat lingkungannya. Sebaliknya tidak semua orang beruntung mempunyai anak yang “suputra”. “Di dalam menghadapi penderitaan duniawi, tiga hal yang menyebabkan seseorang memperoleh kedamaian, yaitu: anak, istri dan pergaulan dengan orang-orang suci” (IV.10). Kenyataannya kita menjumpai beberapa anak yang durhaka kepada orang tua, jahat dan melakukan perbuatan dosa yang menjerumuskan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya ke dalam penderitaan. Anak yang demikian disebut anak yang “kuputra” (bertentangan dengan suputra). Tentang anak yang “kuputra” ini, Maharsi Cà óakya menyatakan: “Seluruh hutan terbakar hangus karena satu pohon kering yang terbakar, begitu pula seorang anak yang “kuputra”, menghancurkan dan memberikan aib bagi seluruh keluarga” (II.15). “Apa gunanya melahirkan anak begitu banyak, kalau mereka hanya mengakibatkan kesengsaraan dan kedukaan. Walaupun ia seorang anak, tetapi ia berkeperibadian yang luhur (suputra) membantu keluarga. Satu anak yang meringankan keluarga inilah yang paling baik” (II.17). “Bagaikan bulan menerangi malam dengan cahayanya yang terang dan sejuk, demikianlah seorang anak yang suputra yang memiliki pengetahuan rohani,insyaf akan dirinya dan bijaksana. Anak suputra yang demikian itu memberi kebahagiaan kepada keluarga dan masyarakat”(III.16). Hal yang sama diulangi kembali dalam Nìtiúà stra IV.6. yang antara lain menyatakan: “Kegelapan malam dibuat terang benderang hanya oleh satu rembulan dan bukan oleh ribuan bintang, demikianlah seorang anak yang Suputra mengangkat martabat orang tua, bukan ratusan anak yang tidak mempunyai sifat-sifat yang baik”. “Lebih baik mempunyai anak begitu lahir langsung mati dibanding mempunyai anak berumur panjang tetapi bodoh. Karena anak yang begitu lahir langsung mati memberikan kesedihan sebentar saja. Sedangkan anak yang berumur panjang, bodoh dan durhaka, sepanjang hidupnya memberikan penderitaan”(IV.7).
Demikianlah dapat dinyatakan bahwa ajaran suci Veda dan susastra Hindu lainnya memandang anak atau putra sebagai pusat perhatian dan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam hal ini, pada umat Hindu di Bali meyakini, bahwa karakter seorang anak sangat pula ditentukan oleh kedua orang tuanya, lingkungannya dan upacara-upacara yang berkaitan dengan proses kelahiran seorang anak. Ketika seorang anak lahir, maka karakter seseorang dapat dilihat pada hari kelahirannya yang disebut Daúavara (hari yang sepuluh), yaitu: “pandita, pati, sukha, duhkha, úrì, manuh, mà nuûa, rà ja, deva, dan rakûaûa” . Demikian pula pemberian nama kepada seorang anak, dikaitkan pula dengan karakter anak seseuai hari “daúavara”-nya tersebut.
Sistem dan tujuan pendidikan menurut kitab suci di atas sejalan dengan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Pasal 3 Tahun 2003 yang mengamanatkan untuk mengembangkan kecerdasan hoslistik. Selanjutnya tentang kecerdasan holistik, di dalam buku panduan pelatihan membangun kecerdasan holistik (PMKH) (Ditjen Dikti, 2008:1-2) dijelaskan bahwa sesuai Undang Undang Pendidikan Nasional disebutkan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pada tahun 2025, Sistem Pendidikan Nasional berhasrat menghasilkan: Insan Indonesia cerdas dan kompetitif (insan kamil/insan paripurna).
Tujuan pendidikan di atas dapat dijabarkan
sebagai usaha membantu menumbuhkan sifat prima manusia atau karakter yang
sempurna dalam diri seorang siswa. Para orang tua dan guru semuanya bertanggung
jawab atas pendidikan anak. Para orang tua adalah guru di rumah dan para guru
di sekolah adalah guru profesional. Agar sifat-sifat prima dalam diri anak
berkembang, para orang tua, guru dan lingkungan masyarakat harus bekerja sama
dan saling membantu. Orang tua dan guru harus mempraktekkan terlebih dahulu
sebelum mengajarkan sesuatu kepada anak-anak. Agar efektif, para guru harus
mengajar dari hati dan menyentuh hati sang anak. Karena itu, guru perlu
berbicara berdasarkan pengalaman dan bukan hanya mengulang apa yang ada di buku
saja.
Sunday, May 18, 2014
Belajar Memahami dan Menerapkan
Pendidikan Pasraman
Diposkan oleh:
USD
Era Globalisasi mempunyai ekses yang dualisme secara positif Dan yang negatif. Secara negatif yaitu adanya kemerosotan akhlak dan moralitas para Remaja yang semakin adanya peningkatan signifikan. Pendidikan budipekerti bertujuan untuk MEMBANGUN Karakter seorang Anak, untuk menjadi Anak Yang Baik, Yang memancarkan sifat-sifat luhur Yang yakni sifat-sifat kedewataan. Apabila pendiikan budi pekerti BERHASIL Tumbuh Dan Berkembang PADA Diri seorang Anak Maka Akan menjadi seorang Anak Yang suputra sadu gunawan mamandangi Kulo WANDANA (menjadi Anak Yang BAIK berbudi pekerti luhur, Selalu berakti kepada Tuhan, orangutan Tua, guru maupun TOTAL.
Berikut pelaksanaan pembelajaran yang ada di Pasraman = DOWNLOAD/Portofolio_Candra_Prabha_SMP_8.html
Sunday, February 23, 2014
Yajna 5
Nama :
Kelas :
Tanggal :
Tujuan
:
Memahami Yajna sebagai salah satu
dasar dalam kehidupan umat Hindu
Kegiatan :
Siswa menulis jawaban tentang
yajna pada lembar kerja yang telah disediakan

1.
Apakah arti
dari yajna !
![]() |
2.
Mengapa kita
harus beryajna !

3.
Sebutkan
sarana yajna yang kalian ketahui !
![]() |
Apakah yang
kalian dapatkan dari materi yajna =
![]() |
Nama :
Kelas :
Tanggal :
Tujuan
:
Memahami Yajna sebagai salah satu
dasar dalam Dewa Yajna
Kegiatan :
Siswa menulis jawaban tentang yajna
pada lembar kerja yang telah disediakan

1.
Apakah
pengertian dari dewa yajna ?
![]() |
2.
Sebutkan
jenis-jenis dewa yajna !

3.
Sebutkan
dewa yajna yang dilakukan setiap saat !

4.
Sebutkan
dewa yajna yang dilakukan pada waktu tertentu !

Apakah hal
baru yang kalian dapatkan dari materi dewa yajna !
![]() |
Nama :
Kelas :
Tanggal :
Tujuan
:
Memahami Yajna sebagai salah satu
dasar dalam Pitra Yajna
Kegiatan :
Siswa menulis jawaban tentang
yajna pada lembar kerja yang telah disediakan

1.
Apakah arti
pitra yajna !
![]() |
2.
Jelaskan
mengapa umat Hindu ketika meninggal dilakukan upacara ngaben !

3.
Tuliskan
pengalaman kalian saat mengikuti pelaksanaan pitra yajna !

Apakah yang
kalian sudah dapatkan dari materi pitra yajna !
![]() |
Nama :
Kelas :
Tanggal :
Tujuan
:
Memahami Yajna sebagai salah satu
dasar dalam Rsi Yajna
Kegiatan :
Siswa menulis jawaban tentang
yajna pada lembar kerja yang telah disediakan

1.
Jelaskan
tentang rsi yajna !
![]() |
2.
Bagaimanakah
bentuk korban suci untuk rsi atau orang suci !

3.
Jelaskan
pengalaman kalian saat melakukan rsi yajna yanga di masyarakat !
![]() |
Nama :
Kelas :
Tanggal :
Tujuan
:
Memahami Yajna sebagai salah satu
dasar dalam Manusia Yajna
Kegiatan :
Siswa menulis jawaban tentang
yajna pada lembar kerja yang telah disediakan

1.
Apakah yang
dimaksud dengan manusia yajna !
![]() |
2.
Sebutkan
pelaksanaan upacara manusia yajna yang dilakukan sejak dalam kandungan sampai
dia menikah !

3.
Apakah
tujuan melakukan upacara potong gigi !

Nama :
Kelas :
Tanggal :
Tujuan
:
Memahami Yajna sebagai salah satu
dasar dalam Bhuta Yajna
Kegiatan :
Siswa menulis jawaban tentang
yajna pada lembar kerja yang telah disediakan

1.
Apakah yang
dimaksud dengan bhuta yajna !

2.
Apakah
tujuan melakukan bhuta yajna !

3.
Jelaskan
pendapat kalian tentang pelaksanaan upacara bhuta yajna yang dilakukan
sehari-hari !

Subscribe to:
Posts (Atom)